Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin kuat akhir akhir ini hingga dibawah Rp 14.000. Sebelumnya, mata uang Garuda sempat menyentuh level terburuk di sekira Rp 16.500 per dolar AS beberapa bulan sebelumnya. "Kalau kita bicara nilai tukar itu kan dipengaruhi faktor fundamental dan faktor teknikal. Faktor fundamental itu apa? Tentu saja inflasi kita, defisit transaksi berjalan kita, dan perbedaan suku bunga di dalam dan luar negeri," ujarnya melalui teleconference di Jakarta, Selasa (9/6/2020).
Kemudian, Perry menyampaikan, dalam jangka menengah panjangnya adalah arah kebijakan pemerintah, khususnya untuk hilirisasi dan industrialisasi. "Termasuk juga mendorong PMA (penanaman modal asing) melalui RUU Cipta Kerja seperti itu," katanya. Sementara, lanjutnya, faktor teknikal itu dalam jangka pendek satu diantaranya yakni ukuran terhadap premi risiko dengan ukuran angka credit default swap (CDS).
"Premi risiko itu ukurannya kan yang kita sering gunakan adalah credit default swap meski belum membaik sebelum Covid 19 yakni di angka 66 atau 68," pungkas Perry.